Metaverse Jalan di Tempat, PHK Massal Landa Perusahaan Teknologi
November 19, 2022
Dunia virtual baru yang disebut Metaverse dinilai jalan di tempat atau belum mengalami kemajuan. Di sisi lain, Pemutusan Hubungan Kerja besar-besaran atau PHK massal melanda perusahaan teknologi digital, dari Shopee, Facebook, hingga Twitter.
Metaverse --gabungkan meta (melampaui) dan universe (semesta-- adalah ruang virtual 3D yang terhubung ke alam semesta virtual.
Konsepnya, Metaverse memungkinkan pengguna melakukan berbagai kegiatan serta berinteraksi dengan sesama pengguna layaknya di dunia nyata, mulai bermain, bekerja, belajar, ibadah, hingga berbelanja.
Namun, untuk melakukan berbagai kegiatan di Metaverse, dibutuhkan alat pendukung untuk masuknya, seperti komputer dan handphone.
Konsepnya, Metaverse memungkinkan pengguna melakukan berbagai kegiatan serta berinteraksi dengan sesama pengguna layaknya di dunia nyata, mulai bermain, bekerja, belajar, ibadah, hingga berbelanja.
Namun, untuk melakukan berbagai kegiatan di Metaverse, dibutuhkan alat pendukung untuk masuknya, seperti komputer dan handphone.
Cara masuk ke dunia virtual Metaverse, pengguna harus daftar ke platform Metaverse seperti Decentraland, lalu menyiapkan headphone atau headset dan kacamata AR atau VR.
Jalan di Tempat
Metaverse sebagai babak baru transformasi digital bisa dibilang jalan di tempat dan terus bergejolak.
Selama dua tahun terakhir, sejak konsep Metaverse dipopulerkan Meta (Facebook), perwujudan Metaverse seperti yang dicita-citakan para pengembangnya masih belum banyak mengalami kemajuan.
Lambatnya progres Metaverse diakui CEO Meta, Mark Zuckerberg, yang menjadi salah satu pionir perusahaan pengembang metaverse global.
Zuckerberg mengumumkan PHK massal pada pegawai Meta di berbagai negara. Setidaknya 11 ribu karyawan dirumahkan.
Zuckerberg mengaku terlalu optimistis akan perkembangan dunia digital. Pihaknya berasumsi pemanfaatan dunia virtual yang masif akan terus terjadi meski pandemi mereda. Karena itu, selama dua tahun belakangan, ia melakukan pengembangan besar-besaran pada Meta.
Namun, perkembangannya ternyata belum berjalan sesuai dengan harapan.
“Sayang sekali semua tak berjalan sesuai dengan prediksi. Bukan hanya tren ekonomi digital yang mulai kembali menurun seperti semula, ekonomi global juga melemah, kompetisi mengetat, dan iklan digital juga menurun. Semuanya membuat pendapatan kami anjlok. Saya mengaku salah atas keputusan-keputusan yang dibuat,” ujar Zuckerberg.
Sejak pertama mengumumkan pengembangan metaverse pada 2021, Meta belum banyak merilis progres terbaru. Salah satu progres besar diumumkan pada Februari 2022, Zuckerberg memperlihatkan teknologi pemanfaatan perintah suara pada metaverse yang mereka bangun.
Pada Oktober lalu, CEO Apple, Tim Cook, sempat menunjukkan pesimismenya pada konsep metaverse. Ia menilai metaverse tak memiliki konsep yang jelas dan signifikansi.
"Dalam berbisnis, saya selalu memastikan masyarakat tahu apa produk yang dibuat. Saya sangat yakin saat ini sebagian besar masyarakat tak paham apa sebenarnya metaverse itu," ujar Cook.
Konsep Metaverse Belum Jelas
Senada dengan Cook, mantan CEO Google, Eric Schmidt, juga beranggapan konsep metaverse saat ini belum jelas. Hal itu menyebabkan kebingungan di masyarakat.
"Belum ada semacam kesepakatan tentang apa itu metaverse sebenarnya," ujar Schmidt.
Associate Professor School of Economic and Business Telkom University, Andry Alamsyah, mengatakan pengembangan metaverse bukan hal mudah. Pengembangnya harus bisa menciptakan sebuah komunitas yang aktif di dalamnya.
Untuk bisa mewujudkan itu, dibutuhkan ketersediaan teknologi yang mumpuni, terjangkau, dan konten yang beragam.
"Jadi, memang idenya sudah ada dan luar biasa, tapi konten dan teknologinya masih mahal dan tak bisa terlalu cepat dikembangkan," ujar Andry.
Andry mengatakan pembuat konten untuk metaverse masih sangat minim. Sejauh ini konten-konten yang sudah hadir di berbagai jenis metaverse juga masih belum sesuai dengan ekspektasi banyak orang.
"Belum benar-benar imersif, masih banyak kagoknya, masih belum mendekati realitas. Jadi, wajar kalau perusahaan pengembang metaverse seperti Meta melemah karena sudah membuat konsep besar, banyak program, dan sebagainya, tapi ternyata adopsinya lama," tutur Andry. (MI/Telkom)
Previous
« Prev Post
« Prev Post
Next
Next Post »
Next Post »
No comments on Metaverse Jalan di Tempat, PHK Massal Landa Perusahaan Teknologi
Post a Comment